Gavin Wood: Setelah EVM, JAM akan menjadi konsensus baru di industri!

Melanjutkan artikel kemarin, kami membagikan bagian kedua dari wawancara terbaru Gavin Wood!

Public chain dapat saling bersaing, tetapi para pengembang hanya akan berkumpul di sekitar konsensus.

Sepuluh tahun lalu, EVM yang ditemukan Gavin menjadi konsensus; sejak saat itu seluruh industri memiliki "bahasa" bersama.

Sepuluh tahun kemudian, Gavin kembali meluncurkan JAM, dan berharap ini bisa menjadi “bahasa” berikutnya.

Ini bukan alat untuk satu chain tertentu, melainkan protokol dasar yang memungkinkan semua chain memperoleh kemampuan ekspansi elastis, kolaborasi terdistribusi, dan interoperabilitas lintas jaringan.

Siapa pun pembangun dapat membangun sistem mereka sendiri di atasnya, bahkan memungkinkan token dan ekosistem berbeda berbagi satu jaringan keamanan yang sama.

Bagi pengembang, ini berarti satu hal:

Membangun blockchain generasi berikutnya tidak perlu mulai dari nol, JAM adalah titik awal default yang baru.

Atmosfer JAM ini, belum pernah saya rasakan lagi sejak 2015

Pala Labs: Saat ini tur global JAM sudah melewati setengah perjalanan, Anda sendiri pergi ke berbagai belahan dunia, bertemu dengan pengembang JAM yang sebenarnya serta para pendukung yang tertarik dan penuh semangat. Bagaimana perasaan Anda terhadap model pembangunan terdesentralisasi seperti JAM ini?

Gavin: Sampai saat ini, saya sangat optimis terhadap kemajuan keseluruhan JAM. Para pengembang JAM menunjukkan antusiasme dan inisiatif yang jarang saya temui selama masa pengembangan Polkadot—mereka benar-benar mencintai proyek ini dari hati dan bersedia mengambil tanggung jawab nyata atas pekerjaan mereka.

Untuk memahami perbedaan ini, kita perlu kembali ke model pengembangan Polkadot. Saat itu, pengembangan dilakukan dalam sistem perusahaan, meskipun timnya juga terdiri dari orang-orang yang aktif dan berani bertanggung jawab, namun dalam struktur perusahaan, “inisiatif” semacam ini agak wajar karena sistem—Anda menerima gaji, bertanggung jawab adalah tugas utama Anda.

Sedangkan JAM benar-benar berbeda. Pengembang saat ini tidak memiliki gaji tetap, mereka menginvestasikan waktu, energi, dan risiko mereka sendiri. Memang di masa depan mereka mungkin mendapatkan pendanaan atau hadiah, tetapi syaratnya, mereka harus terlebih dahulu menyerahkan hasil kerja mereka. Sebaliknya, logika perusahaan mempekerjakan karyawan adalah sebaliknya—perusahaan membayar gaji tinggi di awal, apakah karyawan mampu atau tidak, risikonya ditanggung perusahaan.

Pengembang JAM justru menanggung risiko sendiri, investasi mereka sendiri sudah membuktikan sesuatu. Anda berhadapan dengan tim yang benar-benar membangun demi visi, dan mampu menghasilkan hasil. Dalam lingkungan seperti ini, Anda akan melihat keyakinan yang langka—sesuatu yang sulit dimiliki oleh karyawan perusahaan tradisional.

Pada dasarnya, struktur organisasi perusahaan tradisional adalah sistem kekuasaan top-down: bos memegang kekuasaan tertinggi, mendelegasikan ke manajemen tingkat atas, lalu manajemen membagi tugas ke kepala tim, dan akhirnya kepala tim mengatur staf pelaksana. Setiap orang harus melapor ke atasan, bertindak sesuai instruksi, dan kinerja mereka juga dinilai oleh atasan.

Tetapi JAM sama sekali bukan model seperti itu.

Dalam proyek ini, saya lebih seperti konsultan, hanya menjawab pertanyaan saat dibutuhkan—kadang jawabannya sangat singkat, bahkan agak langsung, tapi secara umum tetap ramah. Selain itu, saya bertanggung jawab menulis gray paper, dan berusaha memverifikasi apakah desain di dalamnya layak, setidaknya harus meyakinkan diri sendiri, dan juga berharap orang lain bisa memahami rasionalitas solusi tersebut.

Namun, yang benar-benar mendorong JAM maju bukanlah saya, melainkan tim pengembang yang terlibat. Alasan mereka terlibat bisa karena cinta, ingin menambah pengalaman, atau percaya sistem ini punya nilai komersial di masa depan. Tapi apapun motivasinya, mereka membangun sistem ini secara aktif dan sukarela.

Atmosfer seperti ini, baru pertama kali saya rasakan lagi sejak 2015, sangat mirip dengan masa-masa awal Ethereum — setiap orang terjun dengan penuh semangat; meskipun isi gray paper sangat sulit, mereka rela menghabiskan banyak waktu untuk memahaminya, dan mewujudkannya menjadi perangkat lunak yang benar-benar bisa dijalankan.

Setelah EVM, JAM akan menjadi konsensus baru industri

Pala Labs: Kedengarannya JAM bukan hanya proyek blockchain tradisional, sepertinya melampaui ranah blockchain dan cryptocurrency, bahkan lebih besar dari Polkadot. Jika harus menjelaskan JAM kepada orang yang tidak mengenal Polkadot, bagaimana cara paling tepat? Apa sebenarnya kegunaan alat ini?

Gavin: Singkatnya, JAM adalah protokol bernama “Join Accumulate Machine” yang spesifikasinya tertulis jelas dalam gray paper JAM. Menurut gray paper, JAM menggabungkan keunggulan inti Polkadot dan Ethereum:

• Di satu sisi, ia mewarisi mekanisme ekonomi kriptografi Polkadot—mekanisme inilah yang menopang skalabilitas tinggi Polkadot;
• Di sisi lain, ia mengadopsi antarmuka dan model layanan yang lebih mirip Ethereum, sehingga chain utama dapat menjalankan operasi yang dapat diprogram.

Berbeda dengan arsitektur tradisional yang hanya membuat modul komputasi berperforma tinggi dapat diprogram, JAM melangkah lebih jauh. Ia tidak hanya membuat unit komputasi dapat diprogram, tetapi juga membuat “proses kolaborasi” dan “efek akumulasi” antar modul dapat dikontrol secara pemrograman—itulah asal nama “Join Accumulate Machine”.

Meski JAM awalnya diajukan sebagai proposal upgrade Polkadot dan mendapat dukungan luas dari komunitas, namun desainnya jauh melampaui Polkadot. Ia adalah arsitektur dasar yang sangat abstrak dan independen dari blockchain tertentu, dapat dianggap sebagai desain dasar blockchain generasi berikutnya.

Kemampuan inti JAM adalah, ia dapat secara aman dan terdistribusi menjadwalkan dan mendistribusikan beban kerja di seluruh jaringan, sehingga aplikasi yang berjalan di atasnya secara alami memiliki kemampuan ekspansi elastis—sesuatu yang tidak bisa dicapai solusi lain di industri saat ini.

Lebih jauh lagi, JAM juga mendukung interkoneksi beberapa instance jaringan, sehingga cakupan ekspansi aplikasi melampaui batas satu chain. Ini membuatnya bukan hanya arsitektur chain baru, tetapi juga berpotensi menjadi paradigma solusi skalabilitas generasi berikutnya.

Kita sepenuhnya bisa melihat JAM di luar kerangka “proposal upgrade Polkadot”.Seperti yang saya pegang saat menulis gray paper: saya lebih ahli dalam pekerjaan inovatif dari nol ke satu, bukan mengembangkan sistem yang sudah ada dari satu ke seratus. Oleh karena itu, desain JAM bukan berdasarkan ekspansi bertahap dari kerangka yang ada, melainkan membangun sistem baru dari prinsip paling dasar di atas kertas kosong.

Meski JAM menyerap beberapa hasil teknologi Polkadot, ia juga menambahkan banyak ide dan mekanisme baru. Saya menuliskan semua ini secara sistematis dalam gray paper, dengan harapan melepaskannya dari konteks Polkadot, menjadikannya arsitektur dasar yang lebih bernilai luas—mirip seperti x64 instruction set pada masanya.

Ngomong-ngomong soal ini, mari kita kilas balik sejarah x64. Intel awalnya mendesain x86 instruction set untuk prosesornya sendiri, dari 8086 awal ke 80286, 80386, hingga seri Pentium, instruction set ini berevolusi secara bertahap, akhirnya menjadi standar IBM compatible dan lama mendominasi bidang komputasi desktop.

Tetapi ketika industri bersiap memasuki era 64-bit, proposal internal Intel terlalu maju dan tidak mendapat pengakuan pasar. Sementara AMD, yang saat itu dianggap “pengikut”, justru mendesain ekstensi 64-bit yang lebih sederhana dan layak di atas instruction set 32-bit Intel—AMD64. Hasilnya, pasar memilih jalur AMD, Intel pun terpaksa meninggalkan proposalnya sendiri dan mengadopsi ekstensi dari AMD. Sejak saat itu, peran pemimpin dan pengikut pun berbalik.

Sejarah ini sangat bermakna, meski Intel akhirnya mengadopsi teknologi AMD, mereka enggan menggunakan nama “AMD64”, dan industri akhirnya membentuk sebutan netral—“x64”. Kini kedua produsen membangun produk berdasarkan arsitektur instruction set yang sama ini.

Alasan saya menyebut kasus ini adalah: saya percaya JAM berpotensi menjadi “teknologi x64” di bidang blockchain. Ia dianggap sebagai arah evolusi rasional blockchain, terutama cocok untuk public chain yang menekankan resiliensi, desentralisasi, dan prinsip Web3. Protokol ini secara sengaja mempertahankan desain terbuka di banyak aspek seperti model tata kelola, mekanisme penerbitan token, sistem staking, yang berarti proyek blockchain berbeda dapat menyesuaikan implementasi modul-modul ini saat mengadopsi protokol JAM, bahkan dapat memilih bahasa pemrograman mereka sendiri.

PVM yang digunakan JAM adalah arsitektur instruction set yang sangat umum. Chain yang mengadopsi arsitektur ini tidak hanya mendapatkan keunggulan skalabilitas dan composability dari JAM, tetapi juga berpotensi mewujudkan kolaborasi dan integrasi antar chain melalui JAM di masa depan.

Saya baru-baru ini sedang memikirkan satu arah—semoga segera bisa saya tulis dan publikasikan—yaitu bagaimana membuat dua jaringan blockchain berbasis JAM dengan token berbeda dapat berintegrasi lebih lanjut: berbagi satu jaringan keamanan dengan tetap mempertahankan sistem token masing-masing. Saya percaya, jalur teknologi seperti ini, meski bukan bentuk akhir industri blockchain, sudah cukup menjadi terobosan penting yang mengubah lanskap industri.

Dari sudut pandang yang lebih luas, JAM sangat mungkin menjadi fondasi umum yang diadopsi industri seperti teknologi awal Ethereum. EVM Ethereum telah dipilih atau diadopsi sebagian oleh banyak public chain, format transaksi dan logika eksekusinya juga menjadi standar referensi de facto industri. JAM juga memiliki potensi teknologi netral lintas token dan lintas jaringan seperti itu.

Seperti yang selalu saya tekankan, JAM seharusnya menjadi teknologi dasar yang netral. Saya yakin, desainnya cukup untuk menopang perkembangan stabil industri blockchain lima hingga sepuluh tahun ke depan, bahkan lebih lama. Tentu saja, seluruh sistem akan terus berkembang di masa depan. Jika zero-knowledge proof (ZK) secara ekonomi menjadi layak, beberapa modul JAM juga mungkin akan diganti. Namun secara keseluruhan, sebagai inovasi sistem yang masuk akal, aplikasi JAM tidak akan terbatas pada ekosistem Polkadot, chain mana pun yang mengakui nilainya dapat memilih untuk mengadopsinya dalam kerangka tata kelola mereka sendiri.

Selain itu, JAM sejak awal menegaskan prinsip desentralisasi dan “standar duluan”: merilis spesifikasi protokol terlebih dahulu, kemudian mengorganisasi implementasi, dan mendorong lebih dari 35 tim independen di seluruh dunia untuk bersama-sama mengembangkan, sehingga pengetahuan dan kontrol secara alami terdistribusi. Cara ini akan membantu JAM berkembang menjadi teknologi inti dasar yang benar-benar netral dan dapat diadopsi luas di dunia Web3.

Di “era pasca-kepercayaan”, Gavin memberitahu pengembang muda: Web3 bukan pilihan, melainkan tanggung jawab

Pala Labs: Kali ini kami bertemu banyak pengembang muda yang sangat antusias terhadap JAM, banyak di antaranya masih mahasiswa, merupakan kekuatan baru di industri. Jika Anda ingin mengatakan sesuatu kepada mereka—mungkin mereka mirip Anda 20 tahun lalu, suka mencipta, mendambakan masyarakat dan dunia yang bebas—apa yang ingin Anda sampaikan?

Gavin: Masuklah lebih awal, dan tekunlah. Anda harus mengikuti penilaian nilai dalam hati Anda. Jika Anda setuju dengan prinsip-prinsip inti seperti kebebasan berkehendak dan kedaulatan individu yang telah ada sejak era pencerahan, maka Anda harus bertindak sendiri—karena tidak ada yang bisa menanggung tanggung jawab ini untuk Anda.

Pala Labs: Apakah kecerdasan buatan juga akan membawa masalah pemalsuan identitas?

Gavin: Sistem kepercayaan masyarakat saat ini sedang runtuh dengan cepat. Sekitar tahun 2014-2015, orang mulai populer dengan istilah—“era pasca-kebenaran”, artinya masyarakat tidak lagi percaya pada keberadaan kebenaran objektif. Meski istilah ini punya nilai pengamatan, secara filsafat tidaklah benar. Saya selalu percaya: kebenaran itu ada, dan manusia berkewajiban mencarinya. Jika suatu keputusan tidak didasarkan pada fakta yang paling rasional dan andal saat ini, maka keputusan itu pasti salah.

Meski begitu, kita memang telah memasuki “era pasca-kepercayaan”: orang-orang entah selalu skeptis terhadap segalanya, atau dengan mudah mempercayai para provokator berbahaya. Kedua ekstrem ini menggerogoti rasionalitas masyarakat. Dalam konteks seperti ini, kecerdasan buatan hanya akan memperbesar masalah.

Tentu saja, AI sangat bermanfaat di banyak bidang, misalnya memperkuat komunikasi, memperkaya kreasi seni. Saya sendiri saat menjadi DJ dan membuat musik juga sering menggunakannya. Namun di tingkat sistem sosial ekonomi, politik, dan geopolitik, risiko yang dibawa AI tidak bisa diremehkan.

Kita tidak bisa berharap pada regulasi. Regulasi seringkali hanya membatasi kesempatan individu yang taat hukum di masyarakat bebas untuk menggunakan AI, namun tidak bisa menghentikan organisasi jahat, juga sulit mencegah negara otoriter menggunakan AI untuk menyerang masyarakat bebas. Jadi, hanya mengandalkan regulasi bukanlah solusi.

Yang benar-benar diperlukan adalah: menggunakan fondasi teknologi yang lebih kuat dan kokoh untuk membatasi dampak destruktif yang mungkin dibawa kecerdasan buatan—baik untuk menghadapi penyalahgunaan internal, maupun melawan ancaman eksternal yang jahat.

Menurut saya (meski mungkin agak bias), satu-satunya yang benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini adalah teknologi Web3. Alasannya tidak rumit: inti AI adalah “melemahkan kebenaran, memperkuat kepercayaan”. Saat kita bergantung pada kecerdasan buatan, sebenarnya kita bergantung pada organisasi yang menyediakan model dan layanan di baliknya—baik itu institusi pelatih model besar, maupun penyedia layanan yang menjalankan model di server tertutup dan mengembalikan hasilnya.

Tetapi kita sama sekali tidak bisa mengaudit data pelatihan model, juga tidak tahu mengapa model memberikan jawaban tertentu; bahkan pelatihnya sendiri belum tentu benar-benar memahami mekanisme internal model. Sebaliknya, membiarkan individu memverifikasi fakta dengan kemampuan sendiri justru lebih dapat diandalkan. Namun, ketika masyarakat semakin bergantung dan mudah mempercayai AI, orang akan semakin terjebak dalam “kepercayaan buta yang tampak objektif”.

Karena logika AI adalah “lebih sedikit kebenaran, lebih banyak kepercayaan”, maka kita harus menyeimbangkannya dengan teknologi Web3 yang “lebih sedikit kepercayaan, lebih banyak kebenaran”.

Di masyarakat bebas, yang seharusnya dilakukan bukan memperkuat regulasi terhadap Web3, melainkan segera bertindak: mengurangi pembatasan yang tidak perlu, dan memberikan dukungan serta dana nyata bagi mereka yang membangun infrastruktur Web3.

Pala Labs: Sekarang banyak pengembang baru bergabung dengan proyek JAM, bisakah Anda memprediksi perkembangan lima atau enam tahun ke depan?

Gavin: Meramalkan masa depan selalu sulit, tapi saya bisa berbagi pengalaman saya sendiri. Akhir November 2013, saya tinggal di London, saat itu ada teman bernama “Johnny Bitcoin”, dia juga teman Vitalik. Kami biasa pergi ke bar setiap bulan untuk minum bir dan mengobrol. Saat itu dia bilang, temannya Vitalik sedang mengerjakan proyek baru berbasis Bitcoin, namanya Ethereum, sedang mencari orang untuk mengembangkan kodenya. Saya setengah bercanda bilang: “Oke, serahkan saja ke saya.” Karena saya selalu merasa jago ngoding, dia pun menyarankan: “Kalau kamu sehebat itu, kenapa tidak kamu saja yang kembangkan Ethereum.” Begitulah, saya jadi salah satu pengembang Ethereum. Saat itu white paper Ethereum, berada di antara dokumen visi dan spesifikasi resmi yang jelas, meski tidak sepenuhnya tanpa ambiguitas, tapi sudah cukup detail teknis dan layak diimplementasikan. Empat atau lima bulan berikutnya, semua orang terus mengembangkan versi kompatibel yang berbeda, dan pekerjaan ini akhirnya melahirkan yellow paper Ethereum—yaitu dokumen spesifikasi protokol resmi. Saat itu saya sebagai pengembang independen bertanggung jawab atas protokol ini, tentu saja bersama Vitalik, dan juga Jeff yang mengembangkan versi Go Ethereum. Kemudian saya menjadi co-founder Ethereum, mendirikan Parity, dan terus mengembangkan lebih banyak produk terkait.

Perjalanan saya di blockchain dimulai seperti ini—sebagai pengembang independen, sepenuhnya mengandalkan waktu luang sendiri, mengembangkan protokol dari nol.

Jadi saya tidak yakin apakah tim pengembang JAM akan menikmati perjalanan pengembangan ini seperti saya. Tapi bagi saya, inilah titik awal hidup saya, saat itu tidak ada pilihan lain, hanya bisa mulai dari sini, dan faktanya, jalan ini jauh melampaui ekspektasi.

Tentu saja, ini bukan hanya soal menulis kode, tapi juga harus belajar berkomunikasi: berhubungan dengan calon investor, presentasi proyek, merancang skenario aplikasi berbasis protokol, bahkan menulis smart contract, mempromosikan proyek, memberi saran kepada orang lain, dan sebagainya. Selain menulis kode, masih banyak hal yang harus dilakukan, tapi menulis kode adalah titik awal segalanya, dan inti yang selalu ada.

Selama 11 tahun terakhir, saya hampir tidak pernah berhenti ngoding dalam waktu lama. Sebenarnya pengalaman ini bisa ditelusuri lebih jauh, sejak umur delapan atau sembilan tahun, saya hampir tidak pernah berhenti—waktu terlama berhenti adalah saat backpacking di Amerika Tengah, itu pun hanya tiga bulan.

Saya menempuh jalan seperti ini, jika para pengembang baru ini juga punya cukup semangat dan kemampuan, menurut saya, tidak ada yang bisa menghalangi mereka menapaki jalan ini—hanya saja kali ini tujuannya adalah JAM, bukan Ethereum!