Perusahaan Bitcoin treasury terbesar di dunia, Strategy (STRY), mencatat perlambatan akumulasi BTC di kuartal ketiga 2025. Berdasarkan laporan terbaru, valuasi premi atau mNAV multiple turun ke level 1,2x terendah sejak awal 2023. Meski begitu, analis tetap menilai perlambatan ini bersifat siklus pasar, bukan masalah struktural
Laporan Strategy di Quartal 3.
Source : Strategy.
Saat Bitcoin bertahan di sekitar $109.500, saham Strategy naik 5% ke $269,66. Menurut data Mizuho Securities, perusahaan kini memegang 640.808 BTC atau sekitar 3,1% dari total suplai Bitcoin. Sepanjang 2025, Strategy telah mencatat 26% yield on Bitcoin, mendekati target tahunan 30%.
Mizuho mempertahankan rating “Outperform” dengan target harga $586, menilai model konversi modal investor menjadi Bitcoin tetap berkelanjutan selama akses ke pasar modal terjaga. Mereka memproyeksikan harga Bitcoin bisa mencapai $150.000 pada akhir 2025, dengan pertumbuhan tahunan majemuk sekitar 20–25%.
S&P Beri Peringkat “B-”, Akses Pendanaan Bisa Meluas
Di sisi lain, analis dari TD Cowen dan Benchmark melihat potensi baru dari rating kredit “B-” yang diberikan S&P Global Ratings. Peringkat ini dinilai membuka jalan ke $4,9 triliun dana institusional, memperbesar kapasitas pendanaan Strategy secara signifikan.
Cowen menyoroti struktur saham preferen baru dengan Return-of-Capital tax treatment, yang memungkinkan investor menunda pajak tanpa batas waktu selama memegang saham. Fitur ini, ditambah opsi penerbitan saham di luar negeri, diprediksi akan menarik minat investor institusional pada 2026.
Benchmark mempertahankan rating “Buy” dengan target harga $705, menyebut penurunan mNAV sebagai peluang jangka panjang. Menurut mereka, program saham preferen Strategy memberi ruang bagi investor untuk mendapatkan yield berbasis Bitcoin dengan insentif pajak menarik.
Baca juga Yuga Labs Gandeng Amazon Gaming Luncurkan NFT “Boximus” Jelang Otherside Nexus
Saylor: “Kami Tak Akan Akuisisi Rival, Fokus Kami Tetap ke Bitcoin”
Dalam panggilan investor pada 31 Oktober, Michael Saylor, Chairman Strategy, menegaskan bahwa perusahaan tidak berencana mengakuisisi pesaing meski sektor treasury Bitcoin mulai ramai dengan merger. Ia menyebut langkah akuisisi “terlalu berisiko dan tidak efisien.”
“Kami tidak punya rencana untuk melakukan M&A, bahkan jika terlihat menguntungkan,” kata Saylor. “Banyak ketidakpastian yang bisa berubah dalam 6–9 bulan, dan ide yang bagus hari ini bisa jadi buruk setahun kemudian.”
Saylor menambahkan, fokus utama Strategy tetap pada penjualan digital credit, memperkuat neraca keuangan, dan membeli Bitcoin. Ia menilai model bisnis Strategy yang transparan dan terukur membuatnya lebih mudah dinilai oleh analis saham maupun kredit.
CEO Strategy, Phong Le, menambahkan bahwa akuisisi di sektor software maupun treasury Bitcoin “selalu lebih kompleks dari yang terlihat.” Ia menekankan bahwa strategi mereka bukan ekspansi horizontal melalui merger, tetapi akumulasi Bitcoin secara organik dan efisien.
Dengan 640.808 BTC di neraca dan visi menuju yield 30%, Strategy tetap menjadi pemain dominan dalam Bitcoin institutional treasury, bahkan saat pasar mengalami fase konsolidasi.
Baca juga Jamie Dimon Akui Kesalahan: “Bitcoin Itu Nyata dan Akan Dipakai Semua Orang”
