Lima Pernikahan, Petualang Tak Pernah Tua: Kehidupan Liar Larry Ellison, Miliarder Terkaya Berusia 81 Tahun

Pada tanggal 10 September waktu setempat, Larry Ellison yang berusia 81 tahun, mungkin adalah orang paling beruntung di dunia.

Menurut Bloomberg Billionaires Index, taipan super kaya ini secara resmi menjadi orang terkaya di dunia pada hari itu. Kekayaannya melonjak lebih dari 100 billions dalam satu hari, langsung menggantikan Elon Musk yang telah lama menduduki tahta tersebut.

Sebagai salah satu pendiri dan pemegang saham individu terbesar Oracle, kekayaan Ellison pada hari itu sempat mencapai 393 billions USD. Sementara Musk yang tergeser dari tahta, “hanya tersisa” 385 billions USD.

Dari putus kuliah dan tidak punya apa-apa, hingga lima kali menikah dan sekaya negara, pria 81 tahun ini, apa yang membuatnya semakin tua semakin berani?

Dari Anak Yatim yang Ditinggalkan hingga Taipan Silicon Valley

Larry Ellison lahir pada tahun 1944 di Bronx, New York, dari seorang ibu muda berusia 19 tahun yang belum menikah. Karena tidak mampu membesarkan, saat berusia sembilan bulan ia diserahkan ke keluarga bibinya di Chicago. Ayah angkatnya adalah pegawai pemerintah biasa, kondisi ekonomi keluarga pas-pasan.

Meski kemudian diterima di University of Illinois Urbana-Champaign, ia putus kuliah di tahun kedua karena ibunya meninggal. Ellison lalu masuk University of Chicago, namun hanya bertahan satu semester sebelum kembali keluar.

Setelah meninggalkan sekolah, Ellison berkelana selama bertahun-tahun di seluruh Amerika Serikat. Ia pernah bekerja sebagai programmer lepas di Chicago, lalu mengemudi ke Berkeley, California, yang bukan hanya pusat kontra-budaya, tetapi juga tempat berkembangnya teknologi baru. Baginya, “orang-orang di sana tampak lebih bebas dan lebih pintar.”

Yang benar-benar mengubah nasibnya adalah pekerjaan di Ampex Corporation pada awal 1970-an. Ini adalah perusahaan teknologi yang bergerak di bidang penyimpanan audio-video dan pemrosesan data, di mana ia bekerja sebagai programmer. Di Ampex pula, ia terlibat dalam proyek penting: merancang sistem basis data untuk Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat, dengan nama sandi proyek “Oracle”.

Pada tahun 1977, Ellison yang berusia 32 tahun bersama dua mantan koleganya, Bob Miner dan Ed Oates, mengumpulkan modal 2.000 USD (Ellison menyumbang 1.200 USD), mendirikan Software Development Laboratories (SDL).

Keputusan besar pertama mereka adalah, berdasarkan pengalaman mengembangkan untuk CIA dan model data relasional, mengembangkan sistem basis data komersial universal—dan langsung menamainya “Oracle”.

Pada tahun 1986, Oracle terdaftar di Nasdaq, menjadi bintang baru di pasar perangkat lunak perusahaan.

Secara ketat, Ellison bukanlah “penemu” teknologi basis data, namun ia adalah salah satu yang pertama melihat nilai komersialnya, dan berani mempertaruhkan seluruh kekayaannya untuk membuka pasar.

Kepribadian Ellison keras kepala dan ambisius, ia hampir pernah menjabat semua posisi eksekutif di perusahaan.

Dari tahun 1978 hingga 1996, ia adalah presiden; dari 1990 hingga 1992, ia pertama kali menjadi chairman. Pada 1992, ia hampir kehilangan nyawa dalam kecelakaan selancar, namun pengalaman mendekati kematian itu tidak membuatnya berhenti.

Pada 1995, ia kembali ke perusahaan, dan terus memimpin selama sepuluh tahun penuh. Pada 2014, ia mundur dari posisi CEO, menyerahkan jabatan kepada bawahan lamanya, namun tetap duduk sebagai chairman eksekutif dan chief technology officer hingga hari ini.

Selama lebih dari empat dekade, Oracle mengalami masa kejayaan dan keterpurukan. Ia pernah menjadi penguasa pasar basis data, juga pernah tampak lamban saat gelombang cloud computing mulai naik. Namun, apapun naik turunnya, Oracle tetap memegang peran sentral di perangkat lunak perusahaan, dan Ellison selalu menjadi jiwa perusahaan ini.

Kekayaan Melonjak: “Kemenangan yang Terlambat” Berkat AI

Pada 10 September 2025, Oracle mengumumkan bahwa perusahaan telah menandatangani empat kontrak pada kuartal terbaru, dengan total nilai mencapai ratusan billions USD, termasuk kerja sama lima tahun senilai 300 billions USD dengan OpenAI.

Setelah berita ini keluar, harga saham melonjak lebih dari 40% dalam satu hari, kenaikan harian terbesar sejak 1992.

Meski Oracle sempat tertinggal dalam persaingan cloud computing dibanding Amazon AWS dan Microsoft Azure, namun berkat keunggulan basis data dan fokus pada klien perusahaan, ia tetap memiliki posisi unik.

Pada musim panas 2025, perusahaan mengumumkan putaran PHK baru, melibatkan ribuan orang, terutama di divisi penjualan perangkat keras dan perangkat lunak tradisional. Sementara itu, Oracle meningkatkan investasi pada pusat data dan infrastruktur AI, menjadi salah satu pemasok inti di tengah ledakan generative AI.

Pasar sangat antusias terhadap permintaan infrastruktur AI, dan Oracle memegang “tiket terlambat” ini, sehingga muncul penilaian industri: Oracle telah bertransformasi dari “perusahaan perangkat lunak lama” menjadi “kuda hitam infrastruktur AI”.

Keluarga dan Politik

Kekayaan Ellison sudah lama bukan hanya legenda pribadi, tapi juga berkembang menjadi kerajaan keluarga yang luas.

Anaknya, David Ellison, baru-baru ini mengakuisisi Paramount Global, induk CBS dan MTV, senilai 8 billions USD, di mana 6 billions USD berasal dari dukungan dana keluarga Ellison. Transaksi ini menandai ekspansi keluarga Ellison ke Hollywood. Ayah di Silicon Valley, anak di industri film, dua generasi membangun kerajaan kekayaan yang melintasi teknologi dan media.

Di panggung politik, Ellison juga sering tampil. Ia lama mendukung Partai Republik dan dikenal sebagai donatur politik terkenal.

Pada 2015, ia mendanai kampanye presiden Marco Rubio; pada 2022, ia menyumbang 15 millions USD ke super PAC Senator South Carolina Tim Scott. Pada Januari tahun ini, ia bersama CEO SoftBank Masayoshi Son dan CEO OpenAI Sam Altman muncul di Gedung Putih, mengumumkan pembangunan jaringan pusat data AI senilai 500 billions USD. Teknologi Oracle akan menjadi inti di dalamnya, ini bukan hanya strategi bisnis, tapi juga perluasan kekuasaan.

Kehidupan “Anak Nakal”: Cinta Alam, Disiplin, dan Pernikahan

Kemewahan dan disiplin, petualangan dan gairah, semua sifat kontradiktif ini hidup berdampingan dalam diri Ellison.

Ellison memiliki 98% tanah di Pulau Lanai, Hawaii, beberapa rumah mewah di California, serta kapal pesiar kelas dunia.

Ia memiliki obsesi hampir naluriah terhadap air dan angin. Pada 1992, ia nyaris mati saat berselancar, namun tetap tidak bisa lepas dari sensasi itu. Setelah itu, ia lebih banyak mencurahkan energi ke olahraga layar.

Pada 2013, Oracle Team USA yang didukungnya melakukan comeback dramatis di America's Cup, akhirnya menjadi juara, salah satu kisah comeback paling klasik dalam sejarah layar.

Pada 2018, ia mendirikan liga layar katamaran berkecepatan tinggi SailGP, yang kini menarik investor seperti aktris Anne Hathaway dan bintang sepak bola Mbappé.

Tenis adalah gairah besarnya yang lain. Ia menghidupkan kembali turnamen tenis Indian Wells di California, yang kini dijuluki “Grand Slam kelima”.

Olahraga bukan hanya hobinya, tapi juga dianggap sebagai rahasia awet mudanya.

Pada diskusi Quora tahun 2018, seorang eksekutif yang pernah bekerja di perusahaan rintisan milik Ellison menyebut, pada 1990-an dan 2000-an Ellison menghabiskan beberapa jam setiap hari untuk berolahraga. Ia sangat jarang minum minuman manis, hanya minum air dan teh hijau, serta sangat ketat dalam pola makan. Disiplin ini membuatnya di usia 81 tahun tetap bugar, bahkan digambarkan “20 tahun lebih muda dari orang seusianya”.

Dalam urusan pribadi, Ellison pernah menikah empat kali, dan sering menjadi bahan gosip.

Pada 2024, ia diam-diam menikahi wanita keturunan Tionghoa, Jolin Zhu, yang 47 tahun lebih muda darinya. Kabar ini berasal dari dokumen University of Michigan, yang menyebut “Larry Ellison dan istrinya Jolin” sebagai donatur. Pernikahan ini kembali membuat kehidupan pribadinya jadi sorotan publik. Menurut South China Morning Post, Jolin Zhu lahir di Shenyang, Tiongkok, dan lulus dari University of Michigan.

Netizen bercanda, Ellison suka berselancar, juga suka jatuh cinta. Bagi dia, ombak dan asmara, tampaknya sama-sama penuh daya tarik.

Filantropi dan Masa Depan

Pada 2010, Ellison menandatangani “Giving Pledge”, berjanji menyumbangkan setidaknya 95% kekayaannya. Namun berbeda dengan Bill Gates dan Warren Buffett, ia jarang ikut kegiatan kolektif. Dalam wawancara dengan The New York Times, ia mengatakan “menghargai kesendirian dan tidak ingin dipengaruhi ide orang lain”.

Pada 2016, ia menyumbang 200 millions USD ke University of Southern California untuk mendirikan pusat riset kanker. Baru-baru ini, ia mengumumkan sebagian kekayaannya dialihkan ke Ellison Institute of Technology yang didirikan bersama University of Oxford, untuk meneliti masalah medis, pangan, dan iklim. Di media sosial ia menulis: “Kita harus merancang generasi baru obat penyelamat manusia, membangun sistem pertanian berbiaya rendah, dan mengembangkan energi bersih yang efisien.”

Gaya filantropi Ellison sangat personal, ia tidak suka berdiri bersama rekan-rekannya, lebih suka merancang masa depan sesuai idenya sendiri.

Penutup

Larry Ellison di usia 81 tahun, akhirnya menjadi orang terkaya di dunia.

Ia memulai dari kontrak CIA, membangun kerajaan basis data global, lalu dengan tajam mengambil posisi di gelombang AI, menyelesaikan “comeback yang terlambat”. Kekayaan, kekuasaan, pernikahan, olahraga, dan filantropi, hidupnya tak pernah kekurangan topik, juga tak pernah jauh dari pusat badai.

Ia adalah “anak nakal” tua Silicon Valley, keras kepala, suka bertarung, dan pantang menyerah. Tahta orang terkaya dunia mungkin akan segera berganti lagi, tapi setidaknya saat ini, Ellison membuktikan pada dunia: di era AI yang mengubah segalanya, legenda para raja teknologi lama masih jauh dari kata selesai.

Penulis: Seedco