• Ripple dan OpenPayd menghadirkan integrasi RLUSD untuk transaksi lintas negara yang lebih cepat, hemat, dan mudah diakses lewat satu API.
  • RLUSD kini jadi bagian inti Ripple Payments dan digunakan oleh institusi global sebagai alternatif jalur pembayaran tradisional.

Kalau dulu pembayaran lintas negara selalu identik dengan jeda waktu, biaya tinggi, dan proses rumit lewat sistem perbankan tradisional, sekarang peta mulai bergeser.

Ripple baru saja menggandeng OpenPayd , penyedia layanan keuangan digital yang sudah dikenal punya pendekatan API canggih, untuk menggabungkan dua hal yang selama ini sering berjalan sendiri-sendiri: infrastruktur fiat dan teknologi blockchain. Di tengah dunia yang makin terhubung, langkah ini bukan hanya relevan, tapi terasa seperti jawaban yang telat beberapa tahun.

Ripple and @OpenPayd are expanding access to fast, compliant cross-border payments. https://t.co/I61X1yC7H3

With Ripple Payments now supported by OpenPayd’s real-time EUR and GBP rails, and direct RLUSD minting and burning, enterprises can seamlessly move between fiat and…

— Ripple (@Ripple) July 2, 2025

RLUSD Jadi Tulang Punggung Baru Pembayaran Lintas Negara

Melalui kerja sama ini, Ripple menghadirkan stablecoin RLUSD langsung ke dalam ekosistem OpenPayd, lengkap dengan dukungan pembayaran real-time untuk mata uang seperti euro dan poundsterling, akun multi-mata uang, dan virtual IBAN.

Intinya, bisnis bisa mengakses stablecoin ini dengan satu API saja—tanpa perlu jungkir balik antar jaringan. Bahkan, proses mint dan burn RLUSD bisa dilakukan instan. Bayangkan kalau perusahaan bisa mengonversi fiat ke stablecoin tanpa harus lompat-lompat platform, pasti kerjaan bagian keuangan jadi jauh lebih menyenangkan.

Lebih lanjut lagi, RLUSD bukan sekadar token di jaringan XRP. Di awal tahun, Ripple sudah menyematkan stablecoin ini ke dalam sistem Ripple Payments. Artinya, RLUSD sekarang sudah jadi bagian dari mesin utama yang menggerakkan transaksi global. Beberapa institusi seperti BKK Forex dan iSend pun mulai menggunakannya.

Mereka memilih RLUSD karena lebih cepat dan hemat dibanding jalur tradisional yang penuh biaya tersembunyi. Dan CNF telah mencatat bahwa volume harian RLUSD kini sudah menyentuh US$10 miliar —angka yang sulit dibilang kecil, bahkan di pasar kripto.

Akses Lintas Jaringan, Ripple Makin Agresif

Di sisi lain, kemitraan Ripple dengan OpenPayd bukan satu-satunya gebrakan yang mereka lakukan dalam sepekan terakhir. Beberapa hari lalu, Ripple juga meresmikan kerja sama dengan Wormhole , membuka akses dari XRPL ke 35 blockchain lain. Kalau biasanya aset hanya bisa bergerak di dalam satu ekosistem, sekarang bisa langsung berpindah—bahkan kontrak pintarnya ikut jalan.

Bayangkan seorang developer bisa membuat aplikasi di XRPL , tapi bisa langsung menjangkau pengguna di Solana, Ethereum, dan lainnya. Itu seperti punya satu toko yang bisa langsung buka cabang di semua mall besar tanpa harus sewa tempat satu-satu.

Langkah ini tentu membuat RLUSD makin fleksibel. Dengan jalur lintas jaringan yang aktif, stablecoin ini bisa menjangkau lebih banyak sektor. Tak hanya DeFi, tapi juga penggajian, remitansi, dan urusan treasuri perusahaan global. Ripple tak hanya ingin RLUSD jadi alat tukar, tapi juga jadi bagian dari infrastruktur yang memudahkan perusahaan mengatur arus kas antar negara.

Bahkan, jika tren ini berlanjut, bukan mustahil dalam waktu dekat stablecoin buatan Ripple ini bisa nongol di laporan keuangan tahunan perusahaan—bukan sebagai aset spekulatif, tapi sebagai bagian dari strategi likuiditas.

Apa yang dilakukan Ripple dan OpenPayd bisa jadi titik balik. Ketika stablecoin dan sistem pembayaran tradisional bisa ngobrol tanpa perlu penerjemah, saat itulah efisiensi baru muncul.

Dan kalau semuanya bisa dikontrol dari satu dashboard tanpa harus khawatir soal kepatuhan atau kecepatan, mungkin, ya mungkin saja, masa depan keuangan global memang sedang dipersiapkan lewat jalur seperti ini—bukan lewat kampanye, tapi lewat API.