Federal Reserve menghapus 'risiko reputasi' dari pemeriksaan bank dalam sebuah 'kemenangan' melawan debanking kripto

Federal Reserve Amerika Serikat mengambil langkah untuk menghapus risiko reputasi sebagai bagian dari program pemeriksaan bank, dan memilih untuk mengganti istilah tersebut dengan pembahasan risiko keuangan yang lebih spesifik, menurut rilis pada hari Senin. 

Langkah ini bertujuan memberikan pedoman yang lebih jelas untuk pengawasan perbankan. Hal ini juga dapat membuka peluang bagi bank untuk melayani perusahaan aset digital dan pelaku industri kripto lainnya yang selama ini mengeluhkan praktik "debanking" sebagai hambatan adopsi kripto skala besar di AS. 

"Penilaian formal ini dimaksudkan untuk menyoroti dan menggabungkan aspek kuantitatif dan kualitatif dari tinjauan pemeriksa terhadap keseluruhan proses institusi dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko serta memfasilitasi tindak lanjut yang sesuai," kata Dewan Gubernur Federal Reserve System dalam surat pada hari Senin.

"Perubahan ini tidak mengubah ekspektasi Dewan bahwa bank harus menjaga manajemen risiko yang kuat untuk memastikan keamanan, kesehatan, serta kepatuhan terhadap hukum dan regulasi, dan juga tidak dimaksudkan untuk memengaruhi apakah dan bagaimana bank yang diawasi Dewan menggunakan konsep risiko reputasi dalam praktik manajemen risiko mereka sendiri," tambah dewan tersebut. 

Terkait langkah Federal Reserve ini, Senator Wyoming yang pro-kripto, Cynthia Lummis, mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa "Ini adalah kemenangan, tetapi masih ada pekerjaan yang harus dilakukan." 

Federal Reserve bergabung dengan Office of the Comptroller of the Currency (OCC) dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dalam menghapus pemeriksaan risiko reputasi untuk bank. Ketua Komite Perbankan Senat, Tim Scott, juga memperkenalkan rancangan undang-undang pada bulan Maret yang bertujuan mencegah risiko reputasi menjadi komponen pengawasan bank, seperti yang sebelumnya dilaporkan The Block.  

"Debanking" adalah ketika bank menutup rekening yang dianggap berisiko, seperti yang memiliki afiliasi politik ekstrem atau kemungkinan tinggi terjadinya penipuan. Para pemimpin industri kripto telah lama mengeluhkan sulitnya membangun dan mempertahankan hubungan perbankan.

Namun, situasi ini semakin memburuk setelah runtuhnya FTX, ketika regulator perbankan nasional dan pemerintahan Biden tampaknya secara sengaja menargetkan industri aset digital dan mendorong institusi keuangan untuk memutus hubungan dengan klien kripto dalam kampanye yang dijuluki "Operation Chokepoint 2.0" oleh salah satu pendiri Castle Island Ventures, Nic Carter. 

Pada bulan Maret, Presiden Donald Trump menuduh bahwa pemerintahan Biden "memaksa bank untuk menutup rekening bisnis dan pengusaha kripto, secara efektif memblokir beberapa transfer uang ke dan dari bursa, serta memanfaatkan pemerintah untuk melawan seluruh industri."

The Block telah menghubungi Federal Reserve untuk memberikan komentar.